AYO MENGHINDARI SIFAT/ SIKAP TERCELA BAGIAN II
A. Ujub
1. Pengertian Ujub
Secara bahasa (etimologi), ’Ujub, berasal dari kata ’ajaba yang artinya kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bi al-Nafs berarti kagum pada diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ’ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri. Imam Ghozaly menuturkan, “Perasaan ’ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaan kepada Allah.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu? Allah berfirman :
Artinya:
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Maidah [5]: 120)
Dengan demikian hakikat ujub adalah membanggakan diri atas kenikmatan yang ia dapati dengan melupakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah.
2. Dalil Naqli
Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya:
“Tiga perkara yang membawa kepada kehancuran: pelit, mengikuti hawa nafsu, dan suka membanggakan diri. “(HR. ath-Thabari, hadits Hasan).
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya sifat ujub adalah sebagai berikut:
1) Banyak dipuji orang. Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ’ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya.
2) Banyak meraih kesuksesan. Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya akan mudah dirasuki perasaan ujub.
3) Kekuasaan. Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada
protes dari orang di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya.
4) Mempunyai intelektual dan kecerdasan yang tinggi
5) Memiliki kesempurnaan fisik. Orang yang cantik, postur tubuh ideal, tampan dan ia memandang kelebihan yang ada pada dirinya, serta lupa akan keberadaannya sebagai manusia maka akan cenderung ujub.
4. Dampak Negatif
1) Ujub akan membawa ke arah kesombongan (kibar), karena ujub merupakan salah satu sebab timbulnya kesombongan dan hal itu memberikan pengaruh negatif yang sangat banyak.
2) Meremehkan dosa dihadapan Allah, karena merasa ibadahnya sudah sempurna.
3) Melupakan nikmat itu pemberian dari Allah karena merasa bahwa keberhasilannya itu merupakan hasil usahanya sendiri bukan pemberian Allah
4) Tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia telah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.
5) Menggugurkan pahala, karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
6) Enggan bermusyawarah dan berdiskusi dengan yang lain, juga enggan bertanya mengenai hal yang tidak diketahui. Ia lebih senang pada pendapatnya sendiri.
7) Hilangnya rasa saling menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya dan menanamkan kebencian.
8) Enggan menerima nasehat orang lain karena menganggap orang lain lebih bodoh.
5. Cara Menghindari
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap muslim agar dirinya terhindar dari
penyakit ’ujub diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Selalu mengingat akan hakikat diri. Nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah dari Allah. Andaikata Allah tiba-tiba mengambilnya, maka badannya tidak ada harganya sama sekali.
2) Sadar akan hakikat dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat menanam amal shaleh untuk kebahagiaan di akhirat.
3) Menyadari bahwa sesungguhnya nikmat itu pemberian dari Allah, bukan semata-mata hasil usahanya. Ilmu, harta, kesehatan semua itu hanyalah titipan dari Allah
4) Selalu ingat akan kematian dan kehidupan setelah mati
5) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat Ujub.
6) Berusaha mau bekerja sama dan hidup saling menghargai
B. Sombong
1. Pengertian
Pengertian Sombong (Takabur)
Sombong (takabur) artinya adalah membanggakan diri sendiri. ”Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR. Muslim). Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin dalam bukunya, ”Halal Haram dalam Islam”, mencontohkan beberapa sikap sombong, diantaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang telah memberikan masukan kepadamu hanya karena dia berasal dari kalangan yang lebih rendah darimu.
Sombong itu merupakan anak dari ujub, akar dari sombong itu adalah ujub. Jadi, ujub itu melahirkan sombong. Terdapat perbedaan antara ujub dengan sombong. Adapun Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan orang lain sebagai pembandingnya. Islam melarang dan mencela sikap sombong. Allah berfirman:
Artinya:
”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman [31]: 18).
2. Dalil Naqli
Perbuatan sombong adalah perbuatan yang tercela dan sangat dibenci oleh Allah. Allah
berfirman:
Artinya:
”Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.”(QS. al-A’raf [7]: 146)
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya terdapat kesombongan sebesar buah dzarrah.”(HR. Bukhari).
3. Sebab-sebab
1) Merasa apa yang diucapkan benar, sehingga menganggap orang lain salah
2) Gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambah keangkuhannya.
3) Merasa banyak ilmu, banyak harta. Namun lebih fatalnya, ada orang tidak kaya tetapi dia bersikap sombong. Rasulullah Saw. bersabda: ”orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka , dan bagi mereka azab yang pedih.” (HR. Muslim)
4) Amal dan ibadah. Ia merasa nanti hidupnya selamat sampai di akhirat sedangkan orang lain dianggap tidak selamat.
5) Karena nasab (garis keturunan) dan kelebihan fisik yang dimiliki
4. Dampak Negatif
1) Menjadi penghalang masuk surga, karena tidak memiliki akhlak seorang mukmin. Akhak mukmin adalah pintu surga dan kesombongan penutup pintu surga.
2) Mendapatkan hukuman di dunia karena kesombongannya.
3) Membuat orang lain membenci perilakunya
5. Cara Menghindari
1) Meningkatkan ibadah kepada Allah
2) Meningkatan keimanan dan ketakwaan
3) Menyadari dosa yang akan menimpa pada orang sombong
4) Mengganti dengan berperilaku tawadu’
5) Ikhlas dalam melakukan perbuatan
6) Menyadari segala kekurangan sebagai manusia
7) Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara
C. Riya'
1. Pengertian
Pengertian riya’ menurut bahasa berasal dari kata al-Riya’u ( اَلْرِيَاءُ ) yang artinya menampakkan. Yaitu memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.
Secara istilah riya’ adalah melakukan ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Menurut Imam Ghazaly riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapatkan pujian atau penghargaan. Salah satu sifat yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikannya kepada orang lain.
2. Dalil Naqli
Allah berfirman :
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” (QS. al-Baqarah [2]: 264).
3. Sebab-sebab
1) Terlalu dikagumi orang lain
2) Lari dari celaan
3) Rakus akan apa yang diperoleh/ terdapat pada orang lain
4) Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan
5) Senang karena lezatnya pujian orang lain
6) Lalai akan dampak buruk riya’
4. Dampak Negatif
1) Riya’ lebih berbahaya dari pada fitnah Dajjal
2) Nilai amal saleh hilang.
3) Riya’ adalah syirik khofi (tersembunyi)
4) Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
5) Akan merasa hampa dan kecewa apabila perhatian dan pujian yang ia harapkan ternyata tidak didapatnya.
6) Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat
7) Bisa menimbulkan pertengkaran bila ia mengungkit-ungkit kebaikannya pada orang lain.
8) Lebih sangat merusak dari pada serigala menyergap domba
9) Menjadi sebab azab di neraka
10) Menambah kesesatan seseorang
5. Cara Menghindari
Penyakit riya’ jangan dibiarkan terus menerus merusak jiwa kita. Kita harus berupaya
untuk menghindarinya dengan cara sebagai berikut.
1) Memperbaiki niat ibadah semata-mata karena Allah
2) Menghindari sikap suka memamerkan perbuatan baik
3) Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
4) Meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah
5) Mengingat bahaya perilaku riya’
6) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’
7) Hidup sederhana
Sumber:
Buku Akidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar