Selasa, 04 Agustus 2020

TAFSIR ILMU TAFSIR KELAS XII ( BAB I AMAR MA'RU NAHI MUNGKAR)

AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR



Apakah Amar Ma'ruf Nahi Mungkar itu?


Amar berarti perintah, ma’ruf artinya kebaikan. Jadi amar ma'ruf adalah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik. Sedangkan Nahi bararti mencegah, munkar artinya kejahatan. Nahi Mungkar adalah mencegah hal-hal yang kejahatan/ buruk bagi masyarakat.

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam agama Islam, yang kesemuanya sering disebut dengan dakwah. secara etimologis, menurut para ahli bahasa, dakwah berakar kata da’a-yad’u-da’watan, artinya ”mengajak” atau ”menyeru”. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt, berdasarkan ayat Al-Quran:

"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." (QS. An-Nahl:125).

Banyak sekali ayat-ayat dalam al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk berdakwah atau melakukan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Namun pada pembahasan di dalam blog ini, kami hanya akan kita bahas al-Qur'an Surah Ali-Imran : 104, al-Mai'dah : 78-80, dan as-Saff : 3.

Pertama, al-Qur'an Surah Ali-Imran : 104 
Atinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
 

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa hendaklah dalam sebuah komunitas atau masyarakat hendaklah melaksanakan fungsi dakwah atau ber-amar ma'ruf nahi mungkarDisamping itu, diantara mereka pula harus ada sosok yang memosisikan diri sebagai pencegah atau melakukan upaya-upaya preventif akan teradinya kemunkaran. Mereka mengajak secara terus-menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan, Menyuruh masyarakat kepada yang ma’ruf dengan menanamkan nilai-nilai luhur, termasuk kebiasan baik yang lahir dari  nilai tradisi kemasyaratan. Sementera  mencegah mereka dari yang munkar, yakni perilaku  buruk yang diingkari oleh akal sehat masyarakat. Orang-orang yang mengambil peran demikian akan mendapatkan martabat dan kedudukan yang mulia baik disisi Allah Swt., maupun masyarakat.

Ada beberapa hal yang harus dipahami dalam QS. Ali ‘Imrān: 104, yaitu:

a) Nilai-nilai Ilahiyah tidak boleh dipaksakan apalagi dengan cara-cara kekerasan. Tetapi harus disampaikan secara persuasif, lemah lembut dan santun dalam bentuk ajakan yang baik.  Kekerasan atau intimidasi akan menjadikan wajah agama terlihat garang. Cara yang baik ini sangat penting untuk menampilkan keislaman yang rahmatan lil’alamīn di bumi Indonesia.  

b) Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup, tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai  kemenangan. maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu: kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan baik lahir maupun batin. 
ْc) Hal-hal yang baik atau,  ma'ruf  sewajarnya diperintahkan, demikian juga  munkar seharusnya dicegah. Baik yang memerintahkan dan yang mencegah akan bisa lebih efektif jika penguasa atau pemerintah bisa mengambil peran seara maksimal.
 
Kedua, Al-Qur'an Surah Al-Ma'idah : 78-80 
Artinya:

78. Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
 
79. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. 

80. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. 

Pada al-Qur’a>n Surah al-Māidah (5):78-80, Allah Swt., menerangkan bahwa orang-orang kafir dari kalangan Yahudi mendapat kemurkaan dan kutukan Tuhan melalui ucapan Nabi Daud As. dan Nabi Isa As. Nabi DawuAs.mengutuk Ketika mereka membuat kedurhakaan pada hari Sabtu (hari larangan terhadap orang Yahudi menangkap ikan). Nabi Isa As.,pun pernah mengutuk sebagian umatnya. Pada akhir ayat dijelaskan bahwa kutukan itu disebabkan mereka membuat maksiat dan melanggar hukum-hukum Allah Swt dengan cara melampaui batas.

Pada ayat 79 menerangkan bahwa kebiasaan orang-orang Yahudi yaitu membiarkan kemungkaran-kemungkaran terjadi di hadapan mereka. Mereka tidak melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar. Demikian itu menjadi sebab adanya kutukan Allah pada mereka.

Setelah menegaskan kedurhakaan mereka, ayat 80 menerangkan bahwa Nabi Muh}ammad menyaksikan sendiri tingkah laku orang-orang kafir dari bani Israil yang ada pada pada masanya. Mereka kebanyakan tolong-menolong dengan orang musyrik dari kalangan Arab (kaum Nabi sendiri) dalam usaha memerangi Nabi Muh}ammad. Pekerjaan yang mereka lakukan adalah sangat buruk, karena hanya mengikuti perintah hawa nafsu dan hasutan. Perbuatan itu menimbulkan kemurkaan Allah yang karenanya mereka pasti mendapat balasan daripada-Nya berupa azab api neraka untuk selama-lamanya.
 
Orang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam, yang pada saat itu bermukim di Madinah dan sekitarnya. Mereka menemukanmasyarakat Arab yang terdiri dari dua suku besar, yakni Aus dan Khazraj telah berduyun-duyun memeluk Islam, di samping juga melihat kepentingan ekonomi serta pengaruh politik mereka menyusut, maka tidak ada jalan lain kecuali berupaya menghambat laju agama Islam. Mereka bekerja sama dengan kaum musyrikin yang bermukim di Mekah dan sekitar Madinah. Tokoh utama kelompok Yahudi ini adalah Ka'b Ibn al-Asyrāf yang berperan besar mendorong kaum musyrikin menyerang kota Madinah.

ketiga, al-Qur'an Surah As-Saff : 3

Artinya:

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Sebagaimana ayat tersebut, Allah Swt., telah memperingatkan kepada orang-orang yang gemar memerintah untuk melakukan kebaikan namun dia sendiri enggan unuk melakukannya. Sikap demikian dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan masyarakat yang bersangkutan  akan dbenci oleh Allah Swt dan juga masyarakat. Menurut Syaikh Imam at-Tabariy dalam kitabnya Jami’ul Baya‘An Ta’wi lil Ayil Qur’an, bahwa dosa terbesar adalah orang-orang yang gemar menganjurkan untuk berbuat kebaikan namun dirinya tidak melakukan.
Quraish Shihab menyatakan bahwa orang yang menganjurkan atau mewajibkan pada orang lain untuk melakukan kebaikan, maka paling tidak, ia harus bisa menyesuaikan dengan kemampuan pribadinya. Hal ini agar yang bersangkutan tidak terancam murka Allah Swt.

Demikianlah Pembahasan tentang Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, semoga bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah Aamiin ya Rabbal Aalamiin....!!!

sumber:

Buku Tafsir Ilmu Tafsir kelas XI Direktorat Pendidikan Madrasah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun 2015


Buku Tafsir Kelas XII Direktorat KSKK  Madrasah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEPATAH KATA DARI SISWA YANG MENINGGALKAN SEKOLAH/ MADRASAH

  Foto Penamatan dan Kelulusan Siswa MAN Pinrang Angk. 2020-2021 Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bap...