Rabu, 06 Januari 2021

INDAHNYA ASMAUL HUSNA

MENGIMANI ALLAH SWT MELALUI ASMAUL HUSNA


Apa yang dimaksud dengan Asmaul Husna ?

Al-Asma’ al-Husna berasal dari bahasa Arab الۡسماء اَلحسيى (al-Asma’ al-Husna)  artinya nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi al-Asma’ al-Husna adalah nama-nama milik Allah yang baik dan yang indah.

Al-Asma’ al-Husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah. Nama-nama Allah itu adalah nama yang baik dan sempurna, sedikitpun tidak ada kekurangannya dan tidak boleh diserupakan dengan yang yang lainnya.



Artinya:

”Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asma’ul husna (nama-nama yang baik)” (QS. Taha [20] : 8)

Seseorang tidak mungkin menyembah Allah dengan cara yang sempurna sampai ia benar-benar mengetahui dan meyakini nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dengan dilandasi pengetahuan dan keyakinan terhadap nama dan sifat-Nya itulah, seseorang dapat menyertakan mata hatinya (bashirah) saat menyembah kepada Allah Swt.

Artinya:

"Hanya milik Allah al-Asma’ al-Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-Asma’ al-Husna itu” (QS. al- A’raf [7] : 180)

Asmaul Husna Jumlahnya ada 99 nama, seperti tersebut dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, al Turmudsi, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda :



Artinya:

“Sesungguhnya bagi Allah 99 nama, barang siapa yang menghafalnya ia akan masuk surga. Dan sesungguhnya Allah itu ganjil (tidak genap) menyukai akan yang ganjil” (HR. Imam Baihaqi).

Adapun Asmaul Husna yang akan kita bahas pada kesempatan ini ada 16 yaitu sebagai berikut:

1. Al- Kariim (Yang Maha Mulia)

Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh siapapun selain-Nya. Karena kemuliaan-Nya, Allah memiliki kebaikan yang tidak terbatas. Dia akan memberi jika diminta, dan tetap memberi meski tidak diminta. Allah berfirman:

Artinya:

“Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia” (QS. al-Mu’minun [23] :116)

Dengan memahami dan menghayati makna al-Asma’ al-Husna al-Kariim, maka hendaknya kita memiliki budi pekerti yang luhur, diantaranya adalah:

1) Menghiasi diri dengan akhlak yang baik

2) Menjaga kehormatan diri

3) Memuliakan para Rasul, Malaikat, kitab Allah dan semua makhluk ciptaan Allah. Sehingga kita bisa mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia

2. Al- Mukmin (Yang Maha Keamanan)


Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Allah adalah satu-satunya dzat yang memberi rasa aman, ketenangan dalam hati manusia. Allah Berfirman:

Artinya:

”Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)” (QS. Al- Fath [48] :4)

Manusia secara pribadi atau kelompok akan selalu berusaha memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda. Padahal hakikat rasa aman itu sebenarnya hanya dari Allah. Pasalnya Allah Swt. adalah tempat berlindung para hamba dari rasa takut. Salah satu rasa aman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah rasa aman dari siksa dunia dan akhirat.

Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Mu’min seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu:

1) Memberikan rasa aman

2) Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat

3) Menunjukkan sikap yang ramah dan sopan santun kepada sesama

4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat yang kondusif

5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama

3. Al- Wakil (Yang Maha Mewakili)

Al-Wakil artinya Yang Maha Mewakili. Allah adalah al-Wakil. Dia yang paling tepat untuk mewakili dan menangani segenap urusan makhluk. Allah adalah Dzat yang bertanggungjawab atas  semua makhluk. Dia menciptakannya dari ketiadaan, lalu mengawasi dan menjaga mereka. Selayaknyalah Allah menjadi tempat bergantung bagi para makhluk-Nya. Allah berfirman:

Artinya:

”Dan bertawaklallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara” (QS. Al-Ahzab [33] :3)

Dalam bertawakkal, manusia masih tetap dituntut untuk melakukan sesuatu sampai batas kemampuannya, bukan berarti menyerahkan begitu saja segala sesuatu kapada Allah, tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha yang maksimal. Setelah memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Wakiil maka marilah kita meneladaninya dengan cara:
1) Berserah diri kepada Allah
2) Bersyukur kepada-Nya
3) Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan
4) Tidak berputus asa dalam berdoa dan bekerja
5) Berupaya menjadi pribadi yang memiliki kredibilitas
6) Menjiwai setiap ikhtiar atau perbuatannya dengan mengharap keridhaan-Nya

d. Al- Matin (Yang Maha Kukuh)

Al-Matiin artinya Yang Maha Kukuh. Tiada sesuatupun yang dapat mengalahkan dan mempengaruhi-Nya. Imam al-Khattabi memaknai al-Matiin sebagai Dzat Yang Maha Kuat yang kekuatan-Nya tidak dapat terbendung, tindakan-tindakan-Nya tidak terhalangi dan tidak pernah merasa lelah.

 

”Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh” (QS. adz-Dzariyat [51] :38)

Allah Maha Kukuh. Kukuh kekuasan-Nya, kukuh kehendak-Nya, kukuh dalam sifat-sifat-Nya. Bagi kita sebagai hamba-Nya, hendaknya kekukuhan Allah menjadi landasan sikap kita sekurang-kurangnya untuk teguh memegang prinsip kebenaran, memiliki keinginan yang kuat, tidak tergoda untuk menerima atau mencari rezeki secara batil, konsekuen dalam membela kebenaran, menjadi manusia yang tawakkal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain, karena hanya Allah lah Yang Maha Kuat dan Maha Kukuh

e. Al- Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)

Al-Jami’ artinya Yang Maha Mengumpulkan. Allah adalah Dzat yang mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Menurut Imam Khattabi, tujuan Allah mengumpulkan makhluk pada hari itu adalah untuk membalas kebaikan dan keburukan yang dilakukan para makhluk. Pada saat Allah mengumpulkan para makhluk, tidak ada satupun yang luput. Baik makhluk yang meninggal terbakar, yang dilumat binatang buas atau yang tenggelam di lautan.

‘’Katakanlah "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. al-Jatsiyah [45] : 26)

Maka hendaklah kita meneladani asma Allah al-Matin yaitu dengan:

1) Hiduplah secara berjamaah (bersatu)

2) Menghimpun potensi positif diri

3) Mendukung upaya terwujudnya persatuan ummat Islam dunia

f. Al- Hafidz (Yang Maha Pemelihara)

Al-Hafidz artinya Yang Maha Pemelihara. Allah Maha Hafiidz berarti Allah sebagai Dzat Yang Maha memelihara. Allah lah yang memelihara seluruh makhluk-Nya, termasuk langit dan bumi yang kita huni ini.


”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya” (QS.Al-Anbiya’ [ 21 ]:32)

Asy-Syaikh Muhammad Khalil al-Harras dalam Syarh Nuniyyah Ibnul Qayyim, mengatakan asma Allah al-Hafidz, memiliki dua makna yang pertama, bahwa Dia menjaga/memelihara apa yang dilakukan oleh hamba-Nya berupa amal baik atau amal buruk, yang makruf atau yang mungkar, taat atau maksiat.

Yang kedua bahwa Allah adalah al-Hafidz, yakni yang menjaga hamba-hamba-Nya dari segala hal yang tidak mereka sukai.

g. Al- Rafi’ (Yang Maha Meninggikan)

Al-Rafi’ artinya Yang Maha Meninggikan. Allah al-Rafi’ artinya Dzat Yang Maha mengangkat atau meninggikan derajat hamba-hamba-Nya. Allah meninggikan status para kekasih-Nya serta memberimereka kemenangan atas musuh-musuh-Nya. Imam al-Ghazali memaknai al-Rafii’ sebagai Dzat yang meninggikan orang-orang mukmin dengan kebahagiaan dan surga, serta meninggikan para wali-Nya dengan kedekatan kepada-Nya.


”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al Mujadilah [58]:11)

h. Al- Wahhab (Yang Maha Pemberi)


Al- Wahhab artinya Yang Maha Pemberi. Allah al- Wahhab adalah Dzat yang maha memberi tanpa batas, Dia memberi tanpa diminta, dan tanpa memintabalasannya. Dia Allah, memberikan rahmat kepada makhluk-Nya tanpa pamrih, karena Dia tak membutuhkan apapun kepada makhluk-Nya. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa Dia memberi berulang-ulang, bahkan berkesinambungan, tanpa mengharapkan imbalan, baik duniawi maupun ukhrawi.

”Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,” (QS. as-Syura[42]:49-50)

Maka sebagai makhluk yang mau mengimani asma Allah al-Wahhaab jangan pernah bosan memohon karunia kepada-Nya, niscaya Allah pun tak kan bosan mencurahkan karunia-Nya pada kita.

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)" (QS. Ali Imron[3]:8)

i. Al- Raqib (Yang Maha Mengawasi)

Al-Raqib artinya Yang Maha Mengawasi. Al-Raqib, Maha Mengawasi, Allah yang menjadikan hamba-Nya selalu berada dalam pengawasan-Nya. Syaikh ’Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: ”al-Raqib adalah Dzat yang maha memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya ketika mereka bergerak (beaktifitas) maupun ketika mereka diam, (mengetahui) apa yang mereka sembunyikan maupun yang mereka tampakkan, dan (mengawas) semua keadaan mereka.

”Kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus[10]:61)

j. Al- Mubdi’u (Yang Maha Memulai)

Al-Mubdi’u artinya Yang Maha Memulai. Allah, Dia lah yang memulai semuanya. Memulai keberadaan alam beserta isinya melalui kemampuan-Nya mencipta. Dia menciptakan sesuatu dari tiada, maka wujudlah segala yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana diciptakan Nabi Adam sebagai manusia yang paling awal diciptakan oleh Allah Swt.

”Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan” (QS. al-Rum [30] :11)

Allah menciptakan alam dan manusia dengan sempurna dan sebaik-baiknya, tanpa ada contoh sebelumnya. Coba kita bayangkan bagaimana Allah menciptakan makhluk hidup disertai dengan bernacam-macam perkembangannya, agar mereka tidak cepat punah.

”Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. al-Ankabut[29]:19). 

k. Al- Muhyi (Yang Maha Menghidupkan)

Al-Muhyi artinya Yang Maha Menghidupkan. Allah menciptakan manusia, menghidupkan, mematikan, kemudian menghidupkan kembali pada hari kiamat. Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah Swt.

”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat” (QS. al-Hajj [22]:66)

Allah menganugerahkan hidup bagi manusia dengan beraneka kualitas kehidupannya, tergantung tingkat keimanan masing-masing.

”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. an-Nahl [16]:97)

Bagi orang-orang munafik dan kaum kafir, Allah menjadikan kualitas hidup mereka rendah dalam pandangan-Nya. Kemudian pada hari kiamat nanti, mereka akan dibangkitkan dalam keadaan jauh lebih hina dan hidup dalam siksa derita.

l. Al- Hayyu (Yang Maha Hidup)

Al-hayyu artinya Yang Maha Hidup. Allah adalah Dzat yang tak mungkin mengalami kematian. Sifat hidup-Nya merupakan sifat yang niscaya, mutlak dan tidak mengalami penyusutan, kerusakan atau peniadaan.

”Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya” (QS. al-Furqan [25]:58)

Hidupnya Allah berbeda dengan hidupnya makhluk. Allah hidup tanpa kaif (bagaimana caranya) dan juga tanpa aina (di mana [di mana tempatnya] ). Dia tidak ada dalam sesuatu dan tidak ada di atas sesuatu. Kehidupan Allah terlepas dari pembatasan waktu, tidak seperti kehidupan makhluk yang diusahakan dan diabatasi oleh titik permulaan dan titik akhir.

m. Al- Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri)

Al-Qayyum artinya Yang Maha Berdiri Sendiri. Allah al-Qoyyum adalah Dzat yang maha mengelola dan tidak pernah alpa. Al-Qoyyum bersifat hiperbolis, memiliki makna ”memelihara”, mengaktualisasikan”, ”mengatur”, ”mendidik”, ”mengawasi”, dan ”menguasai sesuatu”. Pengelolaan terhadap semesta ini dilakukan Allah secara sendirian, tanpa bantuan atau pertolongan siapapun, baik pertolongan para malaikat, para penyangga ’Arsy dan seluruh penghuni langit dan bumi.

Asy-Syaikh al-Harras menjelaskan bahwa al-Qayyum memiliki dua makna:

Pertama, Dia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan seluruh makhluk, sehingga tidak butuh sesuatu pun, baik dalam hal adanya maupun dalam hal eksistensi-Nya.

Kedua, Dialah yang selalu mengatur makhluk-Nya. Dia selalu mengatur dan memperhatikan urusan makhluk-makhluk-Nya, tidak mungkin Dia luput sesaatpun dari mengawasi mereka, kalau tidak demikian maka akan kacau aturan alam dan akan hancur tonggak-tonggaknya.

”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS. al-Baqarah[2]: 255)

Setelah memahami dan menghayati asma Allah al-Qayyum, hendaknya kita menyadari bahwa, Allah Yang Maha Berdiri sendiri telah menunjukkan kekuasaan serta keagungan-Nya. Maka seyogyanya kita mampu memaknainya dan meneladaninya dengan berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri, menghargai jerih payah, kerja keras, serta kesungguhan orang lain dalam melakukan suatu kebaikan.

n. Al- Akhir (Yang Maha Akhir)

Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt. Allah al-Akhir menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang ”mengakhiri” segalanya. Allah lah Tuhan, tiada Tuhan setelah-Nya. Allah lah sang Pencipta, tiada Sang Pencipta setelah-Nya. Allah lah penentu kehidupan manusia, tiada Penentu selain-Nya. 

”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadid [57] :3)

o. Al- Mujib (Yang Maha Mengabulkan Doa)

Al-Mujib artinya Yang Maha Mengabulkan Doa. Al-Mujib adalah nama Allah yang dengan sifat ini Dia mengabulkan atau memperkenankan semua permintaan atau permohonan hamba-Nya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ”Dialah al-Mujib.

Dia mengatakan. ’Siapa yang berdoa,’ Akulah yang menjawab setiap orang yang memanggil-Ku.’ Dialah yang mengabulkan doa orang yang terhimpit ketika memohon kepada-Nya, dalam keadaan tersembunyi atau terangterangan.” Menurut Imam al-Ghazali, al-Mujib yaitu yang menyambut permintaan para peminta

dengan memberinya, menyambut doa yang berdoa dengan mengabulkannya, memberi sebelum dimintai dan melimpahkan anugerah sebelum dimohonkan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Allah karena Dia lah yang mengetahui kebutuhan dan hajat setiap makhluk. Itu sebabnya Allah menyuruh kita berdoa kepada-Nya :

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Seorang hamba yang meneladani asma Allah al-Mujib, akan selalu memenuhi seruan-seruan Allah dan rasul-Nya. Ia juga tak pernah bosan memohon kepada Allah. Iya sadar bahwa doa merupakan ibadah. Doa merupakan titik temu terdekat antara hamba dengan Rabbnya. Doa adalah senjata, benteng, obat dan pintu segala kebaikan. Ia juga akan selalu berusaha untuk memenuhi permintaan orang lain, selama dalam batas kemampuannya dan tidak bertentangan dengan syari’at, baik materi ataupun non materi. Rasulullah Saw. Pun menunjukkan bahwa beliau tidak pernah menolak permohonan yang ditujukan kepadanya

p. Al- Awwal (Yang Pertama)

Al-Awwal artinya Yang Pertama. Allah al-Awwal adalah Dia lah Yang Pertama. Namun Dia juga Yang Terakhir. Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam al- Qur’an :

”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al- Hadid [57] :3)

Imam Ali bin Abi Thalib melukiskan sifat Allah al-Awwal yaitu”Dia yang awal yang bagi-Nya tiada’sebelum’, sehingga mustahil ada sesuatu sebelum-Nya”. Allah al-Awwal berarti Allah yang mengawali semuanya. Keberadaan alam ini beserta isinya diawali oleh keberadan-Nya. Sebagai yang awal, tentu tidak ada yang mengawali-Nya. Itulah sebabnya Dia disebut al-Awwal. Hal ini menuntut seorang hamba agar memperhatikan keutamaan Rabbnya dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, dimana sebab musababnya berasal dari Allah. Hamba yang meneladani asma Allah al- Awwal, akan selalu menjadi manusia yang the best of the best dan yang pertama dalam melaksnakan amar makruf nahi munkar. Semua itu ia lakukan demi mendapatkan akhir yang husnul khatimah

2 komentar:

SEPATAH KATA DARI SISWA YANG MENINGGALKAN SEKOLAH/ MADRASAH

  Foto Penamatan dan Kelulusan Siswa MAN Pinrang Angk. 2020-2021 Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bap...