APA ITU MATI.....?
APA ITU ALAM BARZAH..?
KEMANA KITA SETELAH MATI..?
Seringkali kita sebagai manusia biasa, mendapat pertanyaan-pertanyaan di atas. Atau bahkan kita sendiri sering bertanya-tanya tentang apa itu mati? apa itu alam Barzah? atau kemana kita setelah mati? Untuk lebih jelasnya, pada pembahasan kali ini kita akan membahas seluk beluk kematian dan alam yang dilalui manusia setelah manusia mati.
A. Kematian
Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada manusia yang lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut. Orang yang lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya kematian ini, Allah Swt., berfirman:
Artinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)
Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan dan amal saleh.
Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw. berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman:
Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)
Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa kematian adalah makhluk seperti kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan program komputer. Para ahli memastikan bahwa kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu ada pada setiap sel tubuh.
Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar biasa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)
Dengan demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun manusia bersembunyi untuk menghindari kematian, maka apabila kematian sudah saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu’ah [62]: 8)
Dalam ajaran agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian.
Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri menghadapinya. Al-Qur’an menjelaskan kehidupan dunia dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan kehidupan akhirat dengan istilah al-hayawan (kehidupan yang sempurna), sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut:
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 64)
Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan: “Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain.”
Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana firman-Nya:
Artinya: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)Dalam ayat yang lain, Allah menyipati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus bagi mereka yang mati tetapi tidak membawa bekal yang cukup untuk hidup di negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.
B. Keadaan Orang Mati
Umur seseorang di dunia ini adalah salah satu takdir Allah yang sudah ditetapkan kepada yang bersangkutan. Jika ia mempergunakannya untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, baginya di akhirat kelak akan mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya jika dipergunakan untuk kemaksiatan dan belum sempat bertaubat ketika ajal menjemput, maka dia termasuk golongan orang-orang yang merugi. Orang yang takut akan akibat perbuatan dosa, adalah termasuk orang yang cerdas, karena dia menyadari sebelum dosa-dosanya itu menjadi penyebab kehancurannya, maka dia akan segera bertaubat, dan tidak akan mengulanginya. Ibnu Mas’ud berkata:
“Seseorang yang beriman setiap kali melihat dosanya, ia seolah-olah sedang duduk di bawah gunung dan khawatir gunung itu menimpa dirinya.” (HR. Bukhari). Untuk itu, orang yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri sehingga di akhir hayatnya akan berada dalam keadaan yang baik (husnul khatimah), jangan sampai di akhir hayatnya dalam keadaan yang buruk (su’ul khatimah).
Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. menginformasikan tentang bagaimana malaikat Izrafil melaksanakan tugas mencabut nyawa. Ada yang dicabut dengan keras, seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang dicabut dengan lemah lembut, seperti orang tidur.Allah Swt. berfirman:
Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]:1-2)Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena dalam dirinya ada kesadaran bahwa kematian itu pasti datang, bahkan Allah Swt. telah menginformasikan bahwa malaikat akan turun untuk menghiburnya dengan kabar gembira tentang surga yang dijanjikan. Hal tersebut difirmankan oleh Allah. Swt. sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fushilat [41]: 30)
Tetapi bagi orang kafir, malaikat akan mendatanginya dengan membentaknya dan memukul muka dan belakang mereka seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang kafir, yaitu neraka yang akan membakarnya. Hal itu diinformasikan Allah dalam QS. al-Anfāl (8): 50.
Artinya: Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (QS. Al-Anf Anfāl [8]: 50)
Adapun orang ẓalim, akan didatangi malaikat dengan membentak dan memukulnya seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang ẓalim, yaitu siksaan yang sangat menghinakan. Allah swt. berfirman:
Artinya: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am [6]: 93)
1. Husnul Khatimah
a. Pengertian husnul khatimah
Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini digunakan untuk mengungkapkan keadaan orang yang meninggal dunia dalam keadaan baik. Allah swt. mengingatkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa menjaga keislamannya sampai ajal datang, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)Begitu juga Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menjaga kemurnian akidahnya dengan cara hanya menyembah kepada Allah sampai dengan datangnya sesuatu yang pasti (kematian). Allah Swt. berfirman:
Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr [15]: 99)
Oleh karena itulah, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keimanannya sehingga ketika meninggalkan alam fana ini dalam keadaan husnul khatimah. Apabila telah khilaf dalam perbuatan dosa dan maksiat maka segera memohon ampun kepada Allah Swt, seraya bertaubat dengan taubatan nashuha, dan menebus kesalahan tersebut dengan amal yang baik. Rasulullah Saw.bersabda:
Artinya: “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad, Tirmidzi).b. Tanda-tanda husnul khatimah
Pertanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui oleh orang lain.
Tanda-tanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah di antaranya adalah:
1) Mengucapkan kalimat tauhid menjelang ajal. Dalilnya adalah hadiś riwayat al-Hakim dan lainnya, bahwasannya Rasullullah Saw. bersabda :
Artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya la ilaha illallah , maka ia masuk surga”. (HR. Hakim)
2) Meninggal dunia di jalan Allah, meninggal dalam keadaan sabar ketika ditimpa penyakit pes, TBC, sakit perut, radang selaput dada, tenggelam.
Artinya: “Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”. Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid.
Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”. (HR. Muslim)
3) Meninggal pada hari Jum`at. Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur”. (HR Ahmad dan Tirmidzi)
4) Bagi wanita, meninggal saat melahirkan, ataupun meninggal saat sedang hamil, Rasulullah Saw.bersabda:
Artinya: “Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.” (HR. Ahmad)
5) Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan), Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta salat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”. (HR. Muslim)
6) Meninggal dalam keadaan melakukan amal saleh, Rasulullah Saw.bersabda:
Artinya: “Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala) Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan selainnya)”.
7) Meninggal karena mempertahankan harta dari perampokan atau pembegalan.
Artinya: Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah Saw. .,ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan kau beri kepadanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya. “Engkau dicatat syahid”, jawab Nabi Saw. “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi Saw. (HR. Muslim).
c. Upaya mendapatkan husnul khatimah
1) Melakukan ketaatan kepada Allah secara terus-menerus, menjauhkan diri dari perbuatan syirik, Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (QS. Ali-Imran [3]: 102)
2) Berdoa kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah
3) Berusaha untuk selalu memperbaiki diri, secara lahir dan batin.
2. Su’ul Khatimah
Sumber Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho54QKpD4DPDXZaE8alFaYYgsnqaNp9VLRXuYBMZMhVgpWM35axPAx_VR8j9zK4PIOUdhOQsqF-0liJ9TgWMQSKYfGNn68iRxSsNB26Kq_6OnkH6DMQLbPG7KfShGQQ2GSF9l12Q6AZTg/s640/Keadaan-Manuisa-Saat-Bangkit-Dari-Kubur.png
a. Pengertian su’ul khatimah
Su’ul artinya jelek atau buruk dan khatimah artinya penutup. Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt.
ataupun orang yang meninggal ketika sedang melaksanakan maksiat. Allah Swt. telah mendeskripsikan tentang orang-orang yang beriman itu mempunyai dua sikap dalam hidupnya. Pertama, sikap takut yang besar kepada Allah. Kedua, sikap tekat/kemauan yang kuat untuk berbuat sebaik mungkin, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. Al- Mukminum [23]: 57-61)
Karena beriman akan datangnya kematian, dan akan adanya hisab, maka orang-orang beriman itu selalu takut (khauf) kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah ini diwujudkannya dengan penuh harap akan datangnya pertolongan dari Allah Swt. sehingga mereka selalu menjaga diri untuk sesegera mungkin untuk melakukan amal kebaikan. Mereka selalu beramal baik dalam rangka menghindari akhir hayat yang buruk (su’ul khatimah).
b. Tanda-tanda su’ul khatimah
1) Sulit dibimbing mengucapkan ẓikir/lā ilāha illallāh ketika menghadapi sakratul maut.
2) Sering melalaikan salat.
3) Suka mengkonsumsi khamar.
4) Durhaka kepada orang tua.
5) Suka berbuat zalim terhadap orang lain.
6) Melakukan dosa besar, keji, dan tidak mau bertaubat kepada Allah swt.
c. Sebab-sebab su’ul khatimah
a. Rusaknya aqidah (keyakinan).
b. Menunda-nunda taubat.
c. Adanya ketergantungan kepada dunia, danterjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.
d. Menyeleweng dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.
e. Gandrung kepada kemaksiatan.
b. Bunuh diri dengan segala macam caranya
BERSAMBUNG......!!!!
C. Alam Barzakh (Alam Kubur)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar