Sabtu, 09 Januari 2021

KEMATIAN DAN KEHIDUPAN DI ALAM BARZAH

 APA ITU MATI.....?

APA ITU ALAM BARZAH..?

KEMANA KITA SETELAH MATI..?


Sumber Gambar : https://intisari.grid.id/read/0374618/riwayat-simbol-mati-nyala

Seringkali kita sebagai manusia biasa, mendapat pertanyaan-pertanyaan di atas. Atau bahkan kita sendiri sering bertanya-tanya tentang apa itu mati? apa itu alam Barzah? atau kemana kita setelah mati? Untuk lebih jelasnya, pada pembahasan kali ini kita akan membahas seluk beluk kematian dan alam yang dilalui manusia setelah manusia mati.

 

A. Kematian

Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada manusia yang lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut. Orang yang lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya kematian ini, Allah Swt., berfirman:

Artinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)

Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan dan amal saleh.

Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw. berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman:

Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)

Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa kematian adalah makhluk seperti kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan program komputer. Para ahli memastikan bahwa kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu ada pada setiap sel tubuh.

Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar biasa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:


Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)

Dengan demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun manusia bersembunyi untuk menghindari kematian, maka apabila kematian sudah saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu’ah [62]: 8)

Dalam ajaran agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian.

Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri menghadapinya. Al-Qur’an menjelaskan kehidupan dunia dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan kehidupan akhirat dengan istilah al-hayawan (kehidupan yang sempurna), sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut:

Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 64)

Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan: “Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain.”

Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Dalam ayat yang lain, Allah menyipati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus bagi mereka yang mati tetapi tidak membawa bekal yang cukup untuk hidup di negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.

B. Keadaan Orang Mati


Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU3tqdWVjAF1gbv68AjAUR89LC0XVltnSto0z_tMVD8Hl58d8Sb_U6xhm_bcU-RPNqpSMRLDyNoWi4AUQN7wKQOW5CPi64H0kAAbzKk8t5D25RPC5kILZ2sa4iLbCRYWRGrKfmFRDZFuFQ/s1600/Khusnul+Khotimah.png

Umur seseorang di dunia ini adalah salah satu takdir Allah yang sudah ditetapkan kepada yang bersangkutan. Jika ia mempergunakannya untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, baginya di akhirat kelak akan mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya jika dipergunakan untuk kemaksiatan dan belum sempat bertaubat ketika ajal menjemput, maka dia termasuk golongan orang-orang yang merugi. Orang yang takut akan akibat perbuatan dosa, adalah termasuk orang yang cerdas, karena dia menyadari sebelum dosa-dosanya itu menjadi penyebab kehancurannya, maka dia akan segera bertaubat, dan tidak akan mengulanginya. Ibnu Mas’ud berkata:

“Seseorang yang beriman setiap kali melihat dosanya, ia seolah-olah sedang duduk di bawah gunung dan khawatir gunung itu menimpa dirinya.” (HR. Bukhari). Untuk itu, orang yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri sehingga di akhir hayatnya akan berada dalam keadaan yang baik (husnul khatimah), jangan sampai di akhir hayatnya dalam keadaan yang buruk (su’ul khatimah).

Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. menginformasikan tentang bagaimana malaikat Izrafil melaksanakan tugas mencabut nyawa. Ada yang dicabut dengan keras, seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang dicabut dengan lemah lembut, seperti orang tidur.Allah Swt. berfirman:

Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]:1-2)

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena dalam dirinya ada kesadaran bahwa kematian itu pasti datang, bahkan Allah Swt. telah menginformasikan bahwa malaikat akan turun untuk menghiburnya dengan kabar gembira tentang surga yang dijanjikan. Hal tersebut difirmankan oleh Allah. Swt. sebagai  berikut:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fushilat [41]: 30)

Tetapi bagi orang kafir, malaikat akan mendatanginya dengan membentaknya dan memukul muka dan belakang mereka seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang kafir, yaitu neraka yang akan membakarnya. Hal itu diinformasikan Allah dalam QS. al-Anfāl (8): 50.

Artinya: Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (QS. Al-Anf Anfāl [8]: 50)

Adapun orang ẓalim, akan didatangi malaikat dengan membentak dan memukulnya seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang ẓalim, yaitu siksaan yang sangat menghinakan. Allah swt. berfirman:

Artinya: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am [6]: 93)

1. Husnul Khatimah

Sumber Gambar: https://tabungwakaf.com/wp-content/uploads/2015/10/logo.jpg

a. Pengertian husnul khatimah

Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini digunakan untuk mengungkapkan keadaan orang yang meninggal dunia dalam keadaan baik. Allah swt.  mengingatkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa menjaga keislamannya sampai ajal datang, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)

Begitu juga Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menjaga kemurnian akidahnya dengan cara hanya menyembah kepada Allah sampai dengan datangnya sesuatu yang pasti (kematian). Allah Swt. berfirman:

Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr [15]: 99)

Oleh karena itulah, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keimanannya sehingga ketika meninggalkan alam fana ini dalam keadaan husnul khatimah. Apabila telah khilaf dalam perbuatan dosa dan maksiat maka segera memohon ampun kepada Allah Swt, seraya bertaubat dengan taubatan nashuha, dan menebus kesalahan tersebut dengan amal yang baik. Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya: “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad, Tirmidzi).

b. Tanda-tanda husnul khatimah

Pertanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui oleh orang lain.

Tanda-tanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah di antaranya adalah:

1) Mengucapkan kalimat tauhid menjelang ajal. Dalilnya adalah hadiś riwayat al-Hakim dan lainnya, bahwasannya Rasullullah Saw. bersabda : 

Artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya la ilaha illallah , maka ia masuk surga”. (HR. Hakim)

2) Meninggal dunia di jalan Allah, meninggal dalam keadaan sabar ketika ditimpa penyakit pes, TBC, sakit perut, radang selaput dada, tenggelam.

Artinya: “Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”. Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid.

Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa  yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”. (HR. Muslim)

3) Meninggal pada hari Jum`at. Rasulullah Saw. bersabda :

Artinya: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur”. (HR Ahmad dan Tirmidzi)

4) Bagi wanita, meninggal saat melahirkan, ataupun meninggal saat sedang hamil, Rasulullah Saw.bersabda: 

Artinya: “Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.” (HR. Ahmad)

5) Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan), Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta salat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”. (HR. Muslim)

6) Meninggal dalam keadaan melakukan amal saleh, Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya: “Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala) Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan selainnya)”.

7) Meninggal karena mempertahankan harta dari perampokan atau pembegalan.

Artinya: Dari Abu Hurairah Ra., ia berkata bahwa ada seseorang yang menghadap Rasulullah Saw. .,ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin merampas hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan kau beri kepadanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia malah membunuhku?”, ia balik bertanya. “Engkau dicatat syahid”, jawab Nabi Saw. “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi Saw. (HR. Muslim).

c. Upaya mendapatkan husnul khatimah

1) Melakukan ketaatan kepada Allah secara terus-menerus, menjauhkan diri dari perbuatan syirik, Allah Swt. berfirman:


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (QS. Ali-Imran [3]: 102)

2) Berdoa kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah

3) Berusaha untuk selalu memperbaiki diri, secara lahir dan batin.

2. Su’ul Khatimah

Sumber Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho54QKpD4DPDXZaE8alFaYYgsnqaNp9VLRXuYBMZMhVgpWM35axPAx_VR8j9zK4PIOUdhOQsqF-0liJ9TgWMQSKYfGNn68iRxSsNB26Kq_6OnkH6DMQLbPG7KfShGQQ2GSF9l12Q6AZTg/s640/Keadaan-Manuisa-Saat-Bangkit-Dari-Kubur.png

a. Pengertian su’ul khatimah

Su’ul artinya jelek atau buruk dan khatimah artinya penutup. Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt.

ataupun orang yang meninggal ketika sedang melaksanakan maksiat. Allah Swt. telah mendeskripsikan tentang orang-orang yang beriman itu mempunyai dua sikap dalam hidupnya. Pertama, sikap takut yang besar kepada Allah. Kedua, sikap tekat/kemauan yang kuat untuk berbuat sebaik mungkin, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. Al- Mukminum [23]: 57-61)

Karena beriman akan datangnya kematian, dan akan adanya hisab, maka orang-orang beriman itu selalu takut (khauf) kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah ini diwujudkannya dengan penuh harap akan datangnya pertolongan dari Allah Swt. sehingga mereka selalu menjaga diri untuk sesegera mungkin untuk melakukan amal kebaikan. Mereka selalu beramal baik dalam rangka menghindari akhir hayat yang buruk (su’ul khatimah).

b. Tanda-tanda su’ul khatimah

1) Sulit dibimbing mengucapkan ẓikir/lā ilāha illallāh ketika menghadapi sakratul maut.

2) Sering melalaikan salat.

3) Suka mengkonsumsi khamar.

4) Durhaka kepada orang tua.

5) Suka berbuat zalim terhadap orang lain.

6) Melakukan dosa besar, keji, dan tidak mau bertaubat kepada Allah swt.

c. Sebab-sebab su’ul khatimah

a. Rusaknya aqidah (keyakinan).

b. Menunda-nunda taubat.

c. Adanya ketergantungan kepada dunia, danterjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.

d. Menyeleweng dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.

e. Gandrung kepada kemaksiatan.

b. Bunuh diri dengan segala macam caranya

BERSAMBUNG......!!!!


C. Alam Barzakh (Alam Kubur) 

1. Pengertian Barzakh
    Kamus Istilah Keagamaan yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menjelaskan Barzakh sebagai berikut: (1) Alam transisi antara dunia dan akhirat sebagai tempat roh orang mati berada (alam yang memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat); (2) Keadaan seorang sufi yang mengalami fana dan baqa yang seakan-akan terhalang atau terpisah dari kesadaran tentang lingkungan sosialnya; (3) penghalang, pembatas di antara dua hal atau kawasan. Adapun yang dimaksud barzakh dalam bahasan ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam nomor 1.
    Al-Qur’an menyebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. al-Mu’minun (23) : 100, QS. ar-Rahman (55) : 20, dan dalam QS. al-Furqan (25) : 53, namun hanya surah Mukminun yang memiliki makna yang sesuai dengan pembahasan ini:


Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:” Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia ), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Mukminun [23]: 99-100)

Sedangkan secara terminologi, barzakh didefinisikan sebagai suatu alam yang terdapat di antara dunia dan akhirat, yang pada saat itu ruh manusia yang sudah meninggal dunia berada di alam tersebut untuk menunggu datangnya Hari Kebangkitan (yaum al-ba’ts), yang merupakan awal dari kehidupan akhirat.

Dengan definisi ini, barzakh dimaksudkan sebagai suatu alam atau tempat yang merupakan terminal persinggahan ruh manusia setelah kematian, yaitu setelah ruh terpisah dari jasadnya. Di alam barzakh inilah ruh manusia berada dan menunggu sampai datangnya hari kebangkitan yang juga lazim disebut hari kiamat.

2. Keadaan Mayit dan Ruh Di Alam Barzakh
Setelah mayit dikubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorangpun dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadiś menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz Ra., padahal kematiannya membuat ‘arsy bergetar, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Imam an-Nasa’i meriwayatkan dari Ibn Umar Ra., bahwa
Rasulullah Saw. bersabda : 

Artinya: Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” (HR. An-Nasa’i)

Di samping itu, kondisi alam kubur adalah gelap gulita. Rasulullah Saw.bersabda sehubungan dengan kematian seorang sahabat yang biasa menyapu di masjid Nabawi sebagai berikut: 

Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah Ra.,bahwa seorang wanita hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu di masjid Nabawi pada masa Rasulullah. Rasulullah Saw..,tidak mendapatinya sehingga beliau Saw., menanyakannya. Para sahabat menjawab, ‘Dia telah meninggal’. Beliau Saw., berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan urusannya’. Beliau Saw., bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Swt. menyinarinya bagi mereka dengan salatku terhadap mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hani’ Ra,, bekas budak Utsman bin Affan Ra. berkata, “Kebiasaan Utsman bin Affan jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw.., bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan)  akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasulullah Saw.juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan  pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” (HR. at-Tirmidzi dan ibnu Majah).

Adapun keberadaan ruh di alam barzakh akan terus seperti apa adanya, dan tidak akan hancur ataupun punah. Ruh manusia tetap eksis dan tidak akan hancur, karena ruh manusia itu ciptaan yang berasal dari ruh Tuhan. Oleh sebab itu, ruh dalam ajaran Islam ditegaskan tidak akan hancur dan akan terus ada, sebagaimana dijelaskan Allah dalam QS. al-Sajdah (32):9, QS. al-Hijr (15): 29, QS. Sad (38): 72, QS. al
Anbiya’ (21): 91, dan QS. al-Tahrim (66): 12. Pada ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa setelah Allah menyempurnakan kejadian bentuk jasmani manusia, kemudian ditiupkan ke dalamnya ruh. Itulah sebabnya ketika kematian tiba, dan kemudian jasad manusia dikebumikan dan hancur, ruh tetap ada dan tidak akan punah.

3. Fitnah (Ujian) Kubur
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur. Dalam hadiś shahih riwayat Imam Ahmad dari sahabat al-Barro bin ‘Azib Ra., Rasulullah Saw.bersabda yang artinya: Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?” Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang saleh”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Saw., yang artinya: Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.

4. Nikmat kubur dan siksa kubur
Orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah akan mendapatkan nikmat kubur, sementara yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah akan mendapatkan siksa kubur. Penjelasan tentang adanya nikmat kubur adalah firman Allah Swt dalam QS. Ali Imran : 169 berikut:

Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS.Ali Imran [3]:169)

Barzah tidak hanya dikhususkan bagi para Nabi, Rasul, Syuhada dan orang mukmin saja, akan tetapi juga disediakan untuk para kafir yang membangkang seperti Fir’aun dan para pengikutnya, Allah Swt., berfirman dalam QS. Al-Mukmin ayat 45-46 berikut:
 
Artinya: Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mukmin [40]: 45-46)

Ayat-ayat di atas dengan sangat jelas menginformasikan tentang adanya nikmat kubur yang diterima oleh para Nabi, Rasul dan seluruh orang yang beriman, ataupun siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan dan kekufuran.

Di alam barzakh, manusia akan mendapatkan pertanyaan kubur, kesenangan atau kesulitan sesuai dengan derajat keimanannya. Alam barzakh merupakan tempat penyucian bagi orang-orang yang beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat (tasfiyah). Kondisi manusia di alam barzakh dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Kelompok orang yang mendapatkan nikmat dan kebahagiaan. 
    Kelompok orang yang mendapatkan nikmat kubur adalah orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah, dan orang-orang yang mendapatkan pengampunan dari Allah Swt. Inilah karunia bagi orang-orang yang soleh. 

Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki.”(QS. Ali-Imran [3]: 169).

b. Kelompok orang yang mendapatkan siksaan dan kesengsaraan.
Inilah siksa bagi orang-orang kafir, durhaka, berdosa, zalim, para tiran, dan semacamnya. 

Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): “Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat.” (QS. Al-Mukmin [40]: 46)

c. Kelompok orang yang dibiarkan saja tanpa kenikmatan dan tanpa siksaan. Mereka seperti tertidur saja, dan tersentak ketika hari kiamat tiba. Ini adalah kondisi orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa di dunia, tetapi tidak sebesar dosa dan maksiat yang dilakukan oleh kelompok kedua. “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; 

"Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". seperti Demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan  keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Al-Rum [30]: 55-56). 



Sumber: 

BUKU




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEPATAH KATA DARI SISWA YANG MENINGGALKAN SEKOLAH/ MADRASAH

  Foto Penamatan dan Kelulusan Siswa MAN Pinrang Angk. 2020-2021 Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bap...