|
2
|
ADALAH PERINTAH
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (mulia), yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-Alaq; [95]: 1-5 )
APAKAH
MEMBACA DAN MENULIS ITU?
Sebelum
membahas lebih jauh, saya akan sedikit membahas pengertian membaca dan menulis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Membaca berasal dari kata baca kemudian diberi
tambahan atau imbuhan mem
pada awal kata menjadi membaca
yang berarti melihat, serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati). Berdasarkan kamus ilmiah jiwa dan pendidikan, Membaca berasal dari kata
dasar ”baca”, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurut
peraturan-peraturan tertentu.
Kemudian, dalam bahasa Arab terdapat dua kata yaitu tilawah dan qiraati. Kata tilawah
mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun
mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya sesuai dengan aturan
bacaan yang benar dan baik. Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti,
mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau merenungkan, terhadap
bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis.
Untuk lebih jelasnya , mari kita simak pengertian membaca menurut para
ahli:
1. Juel, membaca
merupakan suatu proses untuk dapat mengenal kata-kata dan memadukan menjadi
arti kata dan menjadi kalimat dan struktur baca
2. Fredick Mc.
Donald, membaca merupakan respon-respon yang lengkap yang mencakup respon sikap
kognitif dan manipulasi.
3. Hodgso, membaca
adalah sebuaah proses yang dilakukan oleh para pembaca untuk mendapatkan sebuah
pesan yangakan disampaikan dari penulis dengan perantara media kata-kata
ataupun bahasa tulisan.
4. Bonomo, membaca
merupakan sebuah cara untuk memahami suatu arti dan maknanya ada dalam karya
tulis.
5. Lado, membaca
yaitu memahami dari beberapa pola atau
tatabahasa dari gambaran tertulis.
6. Finochiaro,
membaca yaitu memahami sebuah arti dan maknanya yang terkandung pada bahasa
yang tertulis.
Setelah membahas
tentang pengertian membaca. Untuk selanjutnya, pengertian menulis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), menulis
berasal dari kata tulis yang berarti ada huruf (angka dan sebagainya) yang
dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya).
Banyak para ahli yang memberi penjelasan tentang menulis yaitu sebagai
berikut:
1. Menurut Rudy S.
Iskandar, menulis adalah kegiatan menuangkan symbol huruf, sedangkan huruf
adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambang bunyi seperti “a” dari alat bunyi
yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf “b”
adalah lambang bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.
2. Menurut Sabri,
kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang
dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.
3. Henry Guntur Tarigan,
menulis dapat diartikan sebagai menuangkan idea atau gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis seabagai media penyampai.
4. Djago Tarigan,
menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, pikiran
atau pendapat.
5. Lado, menulis
yaitu meletakkan symbol grafik yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
6. Barli Bram,
mengartikan menulis berarti suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan
yang sudah ada.
7. M. Atar Semi,
menulis adalah suatu proses kreatif memindahka gagasan kedalam lambang-lambang
tulisan.
8. Burhan
Nurgiantoro, menyatakan bahwa membuat aktifitas aktif produktif yaitu aktifitas
membuat bahasa.
Sebenarnya Konsep
membaca bukan hanya membaca tulisan buku, surat kabar, majalah atau apa saja
yang berbentuk tulisan berupa kata dan kalimat seperti yang telah dipaparkan
oleh para, akan tetapi juga membaca itu berarti mengamati, atau menangkap
signal-signal peristiwa dengan pikiran, perasaan dan hati nurani. Begitupulah
dengan kegiatan menulis, kita bukan hanya membuat guratan ( ) berupa
angka-angka, huruf ataupun symbol grafik dengan pensil atau pena, namun lebih
daripada itu, misalnya membuat guratan (menulis) kehidupan diri sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan melihat memahami dan
melafazkan baik secara langsung dengan lisan atau dalam hati apapun yang
tertulis sesuai peraturan-peraturan tertentu. Sedangkan menulis adalah kegiatan
menuangkan symbol bunyi berupa huruf (a sampai z) dengan pena, pensil, cat dan
sebagainya.
SIAPA
YANG MEMBERI PERINTAH?
Seperti yang
telah saya singgung sebelumnya, bahwa membaca itu merupakan sebuah perintah.
Bukan dari dari saya secara pribadi, bukan dari kedua orangtua saya atau juga bukan
dari orangtua anda secara langsung. Bukan juga perintah yang dapat ditolerir dari istri dan anak anda, bukan
juga perintah yang memaksa dari presiden ataupun wakil presiden kita.
Membaca
merupakan sebuah perintah dari Allah swt, yang dibawa langsung oleh malaikat
untuk disampaikan oleh nabi kepada semua ummat manusia. Anda masih belum
percaya dengan perihal perintah tersebut? Atau mesti saya ulangi perintah itu! Baiklah akan saya ulangi
demi sebuah kebaikan:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah (mulia), yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq;
[95]: 1-5)
Tuh kan! Ini
sebuah perintah langsung dari Tuhan yang maha Kuasa, Tuhan yang maha Gaib yang harus segera dilakukan. Mengapa kita masih saja enggan
untuk melakukannya? Mengapa kita masih bermalas-malasan dengan sejumlah alibi
yang tidak masuk akal? Anda tidak menyangka-kan kalau sejatinya perintah
membaca itu sudah lama diperintahkan untuk manusia, jika tidak! mana mungkin
dunia akan berkembang sampai sejauh ini.
Seperti
hal-nya membaca, menulis juga merupakan perintah langsung dari Tuhan yang maha Pemurah.
Kalimat “Tuhanmulah yang Maha pemurah (mulia), yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam.” Banyak para pakar mengartikan bahwa Tuhan adalah
maha Guru di alam semesta ini, yang mengajar seluruh mahkluh ciptaan-Nya
termasuk manusia dengan ilmu-Nya yang tak terbatas.
Tuhan bisa
mengajar manusia secara langsung, seperti yang pernah diceritakan oleh guru
mengaji saya. bahwa Tuhan
mengajarkan secara langsung kepada nenek moyang manusia Adam as, nama-nama benda. Sehingga para malaikat kagum
dan memberi hormat kepada-Nya.
Dan Dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab: "Maha suci
Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda
ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya
aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah; [2]: 31-33).
Tuhan juga bisa mengajar manusia
melalui perantara hambanya. Kemudian, dari hambanya satu ke hambanya yang lain
sebagaimana kisah Khidhr as dan Musa as.
Kisah ini bermula ketika Musa ingin
pergi ke pertemuan dua buah lautan. Tiba-tiba beliau bertemu dengan Khidhr.
Musa berkata kepada Khidhr, "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Khidhr menjawab, "Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
hal itu?"
Musa berkata, "Insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun,"
Khidhr kembali berkata, "Jika
kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu
apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".
Maka berjalanlah keduanya, hingga
tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Melihat hal tersebut Musa
marah dan berkata, "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan
yang besar.”
Dengan tenang Khidhr berkata,
"Bukankah aku telah berkata kepadamu. Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sabar bersama dengan aku."
Mendengar perkataan Khidhr, Musa
berkata, "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku."
Maka berjalanlah keduanya; hingga
tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa kembali
geram dengan apa yang dilakukan oleh Khidhr, ia lalu berkata, "Mengapa
kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."
Khidhr berkata, "Bukankah
sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
bersamaku?"
Musa berucap, "Jika aku
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu
memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku."
Maka keduanya pun kembali berjalan;
hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta
dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu
mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh, lalu Khidhr menegakkan dinding itu. Melihat hal itu Musa berkata,
"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
Kali ini sebelum berpisah, Khidhr
menjelaskan semuanya kepada Musa, "Inilah perpisahan antara aku dengan
kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang
miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena
di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan Adapun
anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa
Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.”
Lebih lanjut lagi Khidhr
menjelaskan, “dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka
dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam
kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah adalah kepunyaan
dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu
menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
Demikianlah kisah Khidr yang
memberi hikmah (pelajaran) kepada Musa.
Setelah saya bercerita tentang kisah
Kidhr dan Musa. Sekarang mari kita bahas tentang menulis itu adalah perintah. kata “kalam” berasal dari bahasa Arab yang berarti alat tulis berupa
pena, pulpen atau semacamnya. Dengan demikian, hal ini mengisyaratkan bahwa segala
bentuk ilmu pengetahuan itu harus diabadikan dengan cara ditulis. Memang
perintah menulis dalam kata “kalam” itu tersirat atau tersembunyi dan
tidak semua orang memahami pesan tersembunyi itu. Berbeda dengan perintah
membaca itu sendiri yang tersurat atau tidak tersembunyi ini. Hanya orang-orang yang mau menggunakan akalnya-lah yang mampu memahami
pesan tersebut. Jadi menulis juga perintah kan...!
Saya pernah
mendengar wejangan dari salah dosen saya ketika masih menjadi mahasiswa.
Wejangan itu kurang lebih seperti ini, “Ahmad.., sebagai seorang mahasiswa
jangan hanya skripsi saja yang menjadi karya terakhirmu, atau selama menjadi
mahasiswa sampai selesai hanya skripsi saja karya tulismu. Kalau bisa engkau
harus menelurkan karya-karya yang lain…” wejangan inilah yang mampu menghidupkan
bara api semangat saya untuk menelurkan sebuah karya atau menjadi penulis. Walaupun untuk
menjadi seorang penulis itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dibutuhkan kesabaran, pengorbanan, keikhlasan membagi waktu untuk membaca dan
menulis serta yang paling penting adalah money…….
Tulisan pertama saya, pernah saya
bawa kesana kemari. Bahkan pernah saya ikutkan lomba menulis melalui internet
yang diikuti oleh seluruh penulis yang ada di Indonesia. Setelah tulisan saya
siap, kemudian saya kirim lewat via email. Saya menunggu harap-harap cemas.
Ketika tiba masa pengumuman
Kemudian,
dunia tidak akan berkembang begitu cepat dan pesat dengan sejumlah penemuan
teknologi mentereng, tanpa adanya proses dari membaca dan menulis yang
dilakukan oleh sejumlah orang. Hanya orang-orang yang berakal-lah yang mampu
menerima pesan tentang perintah membaca dan menulis, untuk kemudian melaksanakan dan mengajarkan pesan dari
Tuhan yang maha kuasa tentang perintahnya untuk membaca dan menulis.
Tidak ada orang yang langsung cerdas, pandai, berintelektual
tinggi tanpa diawali dari proses membaca terlebih dahulu. Kemudian, mereka
mendapatkan itu semua dari bahan bacaan dari beberapa orang yang mau menulis. Tidak
ada aktor dan aktris jenius dalam dunia perfilman tanpa diawali pembacaan skrip
oleh si aktor dan si aktris. Sedangkan skrip berasal dari tulisan yang ditulis
oleh beberapa orang pula.
Tidak akan ada
dokter yang dapat menyembuhkan segala jenis penyakit tanpa proses membaca dan
menulis yang dilakukan. Tidak akan ada penemuan-penemuan yang mencengangkan dan
menggeparkan dunia, tanpa diawali membaca dan menulis oleh si-penemu, dan tidak
akan ada kebahagian di dunia dan di akhirat tanpa adanya proses membaca dan
menulis.
Sekecil apapun
diri kita, sejelek apapun wajah kita, serendah apapun jabatan kita, sebodoh
apapun diri kita. Semua tidak pernah bisa berubah, tanpa adanya keinginan untuk
melakukan perubahan dengan jalan membaca dan menulis. Kita pasti pernah
mendengar pesan gaib ini kan.
Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, jika
mereka tidak mengubahnya sendiri! (QS Ar-Rad; [13]:
11]
Jadi mari
berubah, mari membaca! Mari menulis! Ya saat ini juga, tunggu apa lagi. Ayo
bergegas “Hurry up! no time for relaxed!” orang yang tidak pernah
mau berubah adalah orang yang paling celaka dalam hidupnya. Mereka merasa bahwa
hidupnya akan baik-baik saja tanpa perubahan. Ingatlah bahwa dunia ini selalu
berubah setiap waktu, jika kita tidak mau berubah maka kita akan mendapatkan
kerugian dan celaka.
Jika anda
berpikir “Ah.. ini sudah terlambat aku sudah terlampau bodoh!” Atau “Aku sibuk,
tidak ada waktu untuk membaca!” Atau “Mengapa tidak dari dulu, tidak jauh-jauh
hari?” anda salah besar! Tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah usaha
yang besar. Semua orang juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Namun jika ada
kemauan, kita bisa menyediakan sedikit waktu untuk membaca dan menulis. Walaupun
hanya sekedar membaca sampul atau sipnosis dari sebuah buku atau walaupun hanya
menulis sebaris kalimat saja.
Waktu!
seharusnya kita-lah yang mengaturnya, bukan kita yang harus diatur oleh waktu.
Maka dari itu, marilah kita gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Ada lagi nich
pesan gaib yang lainnya:
“Demi waktu.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian...,”(QS. Al-‘Ashr; [103]: 1-2)
Lho kok rugi
sich! Memangnya rugi kenapa? Rugi gara-gara apa? Ya rugilah jika kita tidak
menggunakan waktu dengan sabaik-baiknya! Ya rugilah jika kita terlena oleh
waktu! Ya rugilah jika menggunakan waktu untuk berbuat maksiat!Ya rugilah jika
kita diatur oleh waktu, bukan kita yang mengatur waktu!
Saya bukan sok
menggurui anda atau sok pintar. Ini sebuah kenyataan dan sebuah realitas lho!
Jadi saya mengajak semua kalangan, baik kaya atau miskin, rakyat atau pejabat,
pelajar atau bukan. yuk gunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan salah satu
jalan yaitu memberdayakan diri dengan membaca.. menulis.. membaca.. dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar