Minggu, 08 November 2020

HIDUP MULIA DENGAN MENGHORMATI ORANGTUA DAN GURU

 

BAGAIMANAKAH SEBENARNYA ADAB KITA TERHADAP ORANGTUA DAN GURU?

BAGAIMANA CARA MENGHORMATI MEREKA?

Sumber: https://republika.co.id/berita/pqbl0f458/berkah-memuliakan-ibu



A. Memahami Adab terhadap Orang Tua

1. Dalil Naqli Perintah Menghormati Orang Tua

Artinya:

”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS.al-Isra’[17]: 23)


Artinya:

“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizku, maka berbaktilah pada orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat)” (HR. Ahmad)

Ada beberapa hal yang ditegaskan pada ayat diatas, yaitu :

1) Agar manusia tidak menyembah atau beribadah kepada Tuhan selain Allah Swt. Termasuk larangan mempercayai ada kekuatan lain yang mempengaruhi dan menguasai jiwa dan raga selain yang datang dari Allah.

2) Agar manusia berbuat baik kepada ibu dan bapak. Perintah berbuat baik kepada orang tua disampaikan oleh Allah bersamaan atau sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah. Hal ini tentu mengandung maksud agar manusia mengerti dan menyadari bahwa betapa pentingnya berbuat baik terhadap orang tua.

3) Nikmat yang diterima manusia paling banyak datangnya dari Allah Swt, kemudian nikmat yang diterima dari orang tua. Oleh karena itu, kewajiban anak adalah berterima kasih kepada orang tua. Bentuk terima kasih tersebut adalah dengan cara berbuat baik kepada keduanya.

2. Adab terhadap Orang Tua

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak, betapa mulianya  perintah berbakti ini sehingga Allah mensejajarkan dengan perintah bersyukur kepada Allah : Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,” (QS.Luqman [31]: 14)

Ada beberapa sebab mengapa Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu:

1) Orang tua telah berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya. Seorang ibu dengan sepenuh daya upaya telah memberikan kasih sayang tanpa menginginkan balas budi dari anaknya.

2) Kasih sayang orang tua tiada taranya, karena beliau tidak mengenal lelah dan bersusah payah memperhatikan anak-anaknya supaya menjadi anak yang bahagia.

3) Anak adalah belahan jiwa ibu bapak, terutama ibu. Biasanya tidak akan makan sebelum anaknya makan, ibu tidak akan tidur sebelum anak-anaknya tidur, dan jika anak sakit maka ibu yang paling susah sehingga tidak bisa tidur dan tidak enak makan.

Lalu bagaimana cara kita berbakti kepada kedua orang tua? Berikut dipaparkan prinsip-prinsip dasar berbakti kepada kedua orang tua.

1) Tunduk dan Patuh. Apabila keduanya berada dalam kekafiran (belum beragama Islam) dan keduanya memerintahkan untuk keluar dari agama Islam, atau memerintahkan sesuatu perbuatan syirik, kita wajib tidak mengikuti keduanya. Tetapi penolakan itu harus dengan cara halus, agar tidak menyakiti keduanya.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman [13]: 14-15)

2) Dilarang berkata kasar. Membentak, misalnya berkata “hus/ah” dan kata-kata sejenisnya termasuk ungkapan yang tidak baik.

3) Berbuat baik. Apabila orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus berbuat baik kepadanya, sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih kecil. Allah berfirman:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (QS. al-Isra’ [17]: 24)

4) Berusaha menyenangkan orang tua dan menghindari hal-hal yang menyusahkan hati  kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan kewajiban kepada Allah dan rasul-Nya.


Artinya:

“Keridhoan Allah dalam keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan Allah dalam kemurkaan kedua orang tua.” (HR. Tirmidzi)

5) Kita dilarang durhaka kepada kedua orang ibu bapak, karena termasuk dosa besar. Rasul bersabda:

“Ingatlah, maukah aku kabarkan kepadamu tentang dosa besar yang paling besar itu ada 3 macam? Para sahabat menjawab:”Baik ya Rasulullah” Bersabdalah Nabi: ”yaitu syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua dan menjadi saksi palsu.” (HR. Bukhari)

6) Bersikap santun, berjalanlah di belakang orang tua, kecuali dalam hal tertentu, dengarkanlah pembicaraannya dan jangan menyela pembicaraannya.

7) Senantiasa mendoakan, baik kepada orang tua yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan doa sebagai berikut:


Artinya:

“Ya Allah Tuhanku, ampunilah segala dosaku, dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah dan sayangilah mereka sebagaimana (mereka) mendidik/ merawatku di waktu kecil.”

8) Jika orang tua kita sudah wafat, maka kewajiban kita adalah sebagai berikut.

a) Meneruskan perjuangannya

b) Senantiasa menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang pernah menjadi teman karib orang tua kita

c) Memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburnya

d) Memohonkan ampun untuk mereka dan senantiasa mendoakannya

e) Melaksanakan wasiatnya (yang baik) jika berwaris

f) Melunasi tanggungan/ hutang-hutangnya jika punya hutang

3. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi setiap orang. Barang siapa ikhlas berbakti kepada kedua orang tua, maka Allah menjanjikan pahala yang luar biasa seperti berikut.

1) Dibukakan dua pintu surga. Tidak ada seorang mukmin yang mempunyai dua orang tua, dimana pada waktu pagi ia berbuat baik kepadanya, melainkan Allah membukakan dua pintu surga kepadanya.

2) Lebih utama dari pada berjihad di jalan Allah

3) Rida Allah ada di dalam ridho orang tua. Murka Alah ada di dalam murka orang tua.

Barang siapa yang bersyukur kepada Allah tetapi ia tidak bersyukur pada orang tua, maka syukurnya tidak diterima.

4) Dimudahkan rejekinya. Dan barang siapa meninggalkan doa kepada orang tua, maka disempitkan rejekinya

5) Dimudahkan segala urusannya baik urusan dunia maupun akhirat


B. Memahami Adab terhadap Guru

1. Dalil Naqli Menghormati Guru


Artinya:

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).

b. Adab terhadap Guru

Sumber: https://bincangsyariah.com/khazanah/adab-menghormati-guru-menurut-pengarang-talim-mutaallim/

Selain diperintah untuk berbakti kepada orang tua, kita juga diperintah untuk berbakti kepada guru. Gurulah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita. Berkat guru, kita menjadi manusia yang beriman, mengerti akan hal yang baik dan buruk, berbudi pekerti luhur dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, kita wajib menghormati guru, baik pada waktu masih mengajar maupun waktu sudah tidak mengajar. Rasulullah Saw. bersabda: 

”Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya (guru).” (HR. Abul Hasan al-Mawardi)

Rasulullah Saw. memerintahkan kita untuk memuliakan guru. Guru tidak terbatas pada orang yang mengajar di sekolah saja, tetapi setiap orang yang telah berjasa memberikan ilmu, keterampilan, serta bimbingan. Sebab-sebab kita wajib menghormati guru adalah sebagai berikut.

1) Guru adalah orang yang banyak berjasa kepada kita

2) Guru merupakan orang tua kedua

3) Guru yang telah membuat kita dari belum tahu menjadi tahu, belum bisa menjadi bisa

4) Tanpa guru hidup kita akan buta

Berikut yang termasuk tata cara menghargai dan menghormati guru.

1) Jika bertemu dengan guru ucapkanlah salam

2) Khusnudhan pada apapun yang dilakukan guru

3) Memperhatikan dengan wajah menyenangkan dan penuh semangat saat guru memberikan pelajaran

4) Rendah hati dan hormat, menjaga sopan santun, tidak berjalan di depan guru, dan tidak berdiri di samping guru yang sedang duduk. Rasulullah bersabda: 

”Pelajarilah ilmu dan ajarilah (manusia) dan rendahkanlah diri kepada guru, serta berlaku lemah lembutlah terhadap murid-muridmu.” (HR. Tabrani)

5) Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama

6) Ikhlas dalam menerima teguran dan nasihat guru

7) Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib atau kesalahan guru

8) Mengunjungi guru jika ia sedang sakit atau mendapat musibah

9) Memandang guru dengan pandangan memuliakan. KH. Hasyim Asy’ari berkata tidak diperbolehkan bagi pelajar memandang remeh gurunya. Merasa ia lebih pandai dari pada gurunya

10) Tidak melupakan jasa-jasa guru

11) Sabar menghadapi gurunya. Saat perilaku guru secara lahir salah, murid sebisa mungkin mengarahkannya kepada maksud yang baik, mungkin beliau dalam kondisi terdesak dan lain sebagainya. Saat guru memarahi murid, hendaknya murid mengawalinya meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Karena itulah tanda kecintaan guru, kepada murid.

c. Keutamaan Berbakti pada Guru

Guru adalah panglima perang dalam melawan kebodohan. Kita akan menang bila mentaati perintahnya. Memang usaha tak pernah mengkhianati hasil. Namun, akhlak dan penghormatan siswa kepada guru merupakan faktor penting dalam menentukan kesuksesan. Ulama mengatakan kesuksesan siswa itu 70 persen karena akhlaknya dan 30 persen karena ilmunya.

Artinya:

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu.” (Hilayatul Aulia [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama li Thalabatil Ilmi[17])

Sehebat apapun siswa, jika tidak patuh pada gurunya, niscaya akan gugur cita-citanya. Sebaliknya, meski tak bisa apa-apa, namun selalu rajin belajar, patuh dan hormat kepada guru, mencintainya setulus hati, maka tidak mustahil kita akan menjadi orang hebat di kemudian hari. Percayalah, setiap guru selalu mendoakan siswanya agar menjadi pribadi hebat yang bermanfaat bagi nusa bangsa dan agama. Apabila berbakti kepada guru, akan diperoleh keutamaan sebagai berikut.

1) Mudah menerima pelajaran

2) Mendapat ilmu yang bermanfaat

3) Masa depannya cemerlang

4) Kelak menjadi orang hebat bermartabat

5) Hatinya tenang, tenteram, pikirannya cerah, cahaya ilmu mudah masuk

6) Diangkat derajatnya oleh Allah

7) Barakah ilmunya, rejekinya dan hidupnya

Demikianlah semoga bermanfaat!

Minggu, 01 November 2020

KISAH TELADAN FATIMAH AZ-ZAHRA DAN UWAIS AL-QARNI

SIAPA TIDAK KENAL FATIMAH 

AZ-ZAHRA?


sumber: https://muslimobsession.com/fatimah-sosok-ibu-bagi-ayahnya-1/

A. Fatimatuzazahra

1. Biografi Singkat

Nama dan nasabnya adalah Fatimah binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul MuṬālib. Ia puteri Nabi Muhammad Saw. Ibunya adalah Khadijah binti Khuwailid. Mengenai kelahirannya, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Fatimah lahir ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa semua putera-puteri Nabi Muhammad selain Ibrahim lahir sebelum kenabian. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir 5 tahun sebelum kenabian, yaitu ketika Baitullah direnovasi, saat itu Nabi Muhammad Saw. berusia 35 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir 1 tahun sebelum kenabian dan ia lebih tua dari Aisyah sekitar 5 tahun. Ia diberi julukan dengan nama ibu ayahnya, yaitu Ummu Aminah.

Fatimah merupakan perempuan yang terlahir dengan kecantikan serta kecerdasan mengesankan. Juga mempunyai kepribadian yang penuh dengan kesabaran, taat kepada orang tua dan mandiri. Sejak usianya yang masih belia, ia harus menggantikan peran ibunya mengurus kebutuhan Rasulullah. Pada saat dakwah periode Makkah, Fatimah sering melihat sang ayah ditentang oleh kaum kafir Quraisy. Meskipun demikian, tidak membuatnya kecil hati dan patah semangat apalagi membenci sang ayah. Ia menjadi penyejuk hati dan pendukung untuk dakwah sang ayah. Fatimah terus tumbuh menjadi perempuan yang kuat, tegar dan penuh kesabaran. Ia juga tumbuh menjadi perempuan mulia yang sangat menjaga harga dirinya.

Keistimewaan Fatimah ditandai dengan julukan-julukan yang diberikan kepadanya. Julukannya yang utama adalah az-Zuhra (yang cemerlang), Batul (perawan), Kaniz (terpelihara), at-Thahirah (yang suci), umm al-A’immah (ibu para imam), Sayyidah (pemuka yang mulia, penghulu), Nisa’ al-‘Alamin (wanita sejagat) dan banyak lagi julukan.

Menurut Kitab Nur adh-Dhalam (syarah ‘aqidatul awam) karangan Syaikh nawawi al-Bantani, pada usia 15 tahun lebih 5 bulan Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Ṭālib yang berusia 21 tahun lebih 5 bulan setelah perang Badar. Dalam pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭālib lahirlah tiga putra; Hasan, Husain dan Muhassin (meninggal masih kecil). Adapun putri yang lahir dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭālib adalah Zaynab dan Ummi Kultsum. Menurut al-Laits bin Sa’ad, anak putrinya ada tiga, yaitu ditambah Ruqayyah.

Fatimah sangat terkenal di dunia Islam, karena hidupnya paling dekat dan paling lama dengan Rasulullah Saw.Rasulullah sendiri sangat menyayanginya. Dari dialah keturunan Nabi Muhammad Saw. berkembang dan tersebar di hampir seluruh negeri. Mengenai wafatnya juga terjadi perbedaan pendapat, ada yang mengatakan pada 3 Jumadil Akhir 11 H pada usia yang masih sangat muda, 18 tahun 2 bulan, tetapi pendapat mayoritas mengatakan bahwa ia meninggal pada malam Selasa, 3 Ramadan tahun 11 H dalam usia 28 tahun setelah sakit keras selama 40 malam.

Merasa ajal sudah dekat, ia membersihkan dirinya, memakai wewangian dibantu oleh iparnya, yaitu Asma bin Abi Ṭālib. Ia meninggal dengan satu pesan bahwa hanya Ali bin Abi Yhalib yang boleh menyentuh tubuhnya. Untuk itu yang memandikan dan mengkafani Fatimah sewaktu meninggal dunia adalah Ali bin Abi Ṭālib, dan Ali pula yang mengkuburkannya bersama Hasan dan Husain pada tengah malam dan dimakamkan di pemakaman al-Baqi’.

2. Keutamaan Fatimah az-Zahrah

a. Rasulullah Saw.bersabda: “Fatimah adalah sebagian daripadaku, barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”. (HR. Bukhari).

b. Rasulullah Saw.bersabda kepada Fatimah : “Tidakkah engkau senang jika engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”. (HR. Bukhari).

c. Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah , tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita umat ini atau wanita mukmin”. (HR. Bukhari-Muslim)

d. Rasulullah bersabda: “Tokoh penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Fir’aun”. (HR. Ahmad)

3. Teladan yang dapat diambil dari Fatimah az-Zahrah

Kehidupan rumah tangga Fatimah sangatlah sederhana, bahkan sering mengalami kekurangan, sehingga beberapa kali harus menggadaikan barang-barang rumah tangga untuk membeli makanan. Suatu saat kerudung Fatimah pernah digadaikan kepada orang Yahudi Madinah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun demikian, keluarganya tetap bahagia, lestari sebagai suami istri sampai akhir hayat.

Nabi Muhammad Saw. sangat sayang kepada Fatimah. Sewaktu Nabi Muhammad Saw. sakit keras menjelang wafatnya, Fatimah tiada henti menangis. Nabi Muhammad Saw. memanggilnya dan berbisik kepadanya sehingga tangisannya semakin bertambah. Kemudian Nabi Saw. berbisik lagi, dan ia pun tersenyum. Kemudian hal tersebut ditanyakan kepada Fatimah. Dia manjawab bahwa dia menangis karena ayahnya memberitahu kepadanya bahwa tak lama lagi ayahnya akan meninggal, tetapi kemudian ia tersenyum karena dialah keluarga Nabi yang pertama akan menjumpainya di surga nanti .

Fatimah adalah seorang wanita yang agung, seorang ahli hukum Islam. Dari Fatimah inilah banyak diriwayatkan hadiś. Dialah tokoh perempuan dalam bidang kemasyarakatan. Orangnya sangat sabar dan bersahaja, akhlaknya sangat mulia. Fatimah az-Zahrah adalah seorang wanita yang selalu mendukung perjuangan ayahnya dan suaminya. Walaupun anak seorang yang sangat disegani namun, Fatimah tidak pernah sombong. Ia adalah seorang istri yang sangat sederhana hidupnya tanpa banyak menuntut pada suaminya.


SIAPA YANG BELUM KENAL UWAIS AL-QARNI?


https://mantanislamjamaah.com/2019/01/08/kisah-uwais-al-qarni/

B. Uwais Al-Qarni

1. Biografi Singkat

Uwais al-Qarni adalah penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad. Hidup sebagian ak yatim, membuatnya sangat mencintai dan berbakti kepada ibunya. Uwais al-Qarni pernah mengidap penyakit kusta, lalu berdoa kepada Allah Swt. sehingga diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Menurut keterangan, Nabi Muhammad Saw. pernah menyampaikan bahwa Uwais al-Qarni adalah pemimpin para tabi’in. Suatu ketika Nabi Muhammad Saw. berkata kepada Umar bin Khattab, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah Swt. untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar bin Khattab menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” 

Mereka menjawab, “ada”. Umar kemudian bertanya lagi, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”

Umar bin Khattab berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw. pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar bin Khattan selalu menanti Uwais. Suatu ketika dia datang bersama jamaah haji dari Yaman, lalu Umar menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?”

Orang itu menjawab, “namaku Uwais.”

Umar melanjutkan pertanyaannya, “Di Yaman daerah mana?”

Dia menjawab, “Dari Qarn.”

Umar bertanya lagi, “dari kabilah mana?”

Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”

Umar bin Khattab bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”

“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.

Umar melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?” 

Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.” 

Lalu Umar bertanya lagi, “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” 

Uwais menjawab, benar, saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Swt. dan saya diberi kesembuhan.”

Umar bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”

Dia menjawab, “di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.”

Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar. Ketika Umar bin Khattab melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw.mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. untukku!”

Uwais berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”

Umar bin Khattab menjawab, “ya, benar.” 

Khalifah Umar meminta kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya. Selanjutnya Umar bertanya kepadanya mengenai tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”

Umar berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”

Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

2. Teladan Yang Bisa Diambil Dari Uwais Al-Qarni

Uwais al-Qarni sosok pribadi yang sangat sederhana. Hidupnya tidak bergelimang dengan harta. Ujian hidup yang dialami diterima dengan ikhlas dan tetap tidak meninggalkan usaha serta kerja keras untuk keluar dari ujian itu. Termasuk ketika diuji penyakit kusta oleh Allah Swt. Uwais al-Qarni juga figur yang sangat hormat dan taat kepada ibunya.

Sebagian hidupnya digunakan untuk merawat dan mendampingi ibu yang sangat disayangi. Walaupun ia mendapat perhatian sanga penguasa waktu itu yaitu Umar bin Khattab, tetapi Uwais al-Qarni tidak memanfaatkan fasilitas dan kesempatan tersebut untuk bersenang-senang. Justru Uwais al-Qarni tidak mau diperlakukan istimewa, justru sebaliknya dia ingin diperlakukan sama dengan rakyat yang lain.

Demikianlah kisah teladan dari kedua tokoh utama ummat Islam, semoga menjadi teladan bagi kita semua... Aamiin...!!!


SEPATAH KATA DARI SISWA YANG MENINGGALKAN SEKOLAH/ MADRASAH

  Foto Penamatan dan Kelulusan Siswa MAN Pinrang Angk. 2020-2021 Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bap...